Luar Negeri
Mahathir: Di Indonesia Banyak yang Ingin Jadi Presiden
KUALA LUMPUR--MIOL: Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Mohamad mengatakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono tidak mudah memimpin Indonesia yang sangat besar. Selain perolehan suara partainya tidak mayoritas di parlemen, juga karena di Indonesia, sejak reformasi, terlalu banyak tokoh-tokoh politik yang ingin jadi Presiden.
''Terlalu banyak yang ingin menjadi Presiden di Indonesia, padahal apa kontribusi yang telah mereka berikan. Jadi, dalam kondisi politik seperti itu, Pak Bambang (demikian ia menyebut Presiden SBY-red) tidak mudah memimpin Indonesia,'' ujar Mahatir Mohamad di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (5/6).
Mahatir mengatakan, semua pihak di Indonesia harus memberikan kontribusi bagi pembangunan. Di Malaysia, menurutnya, 90 persen rakyat dan kekuatan politik mendukung pemerintah, sehingga kebijakan pemerintah didukung secara penuh.
''Kalau pun ada oposisi sepuluh persen, namun suara 90 persen menjadikan pemerintahan tetap efektif. Sebaiknya, semua pihak memberikan kontribusi,'' lanjutnya.
Mahatir juga menyebutkan, seorang pemimpin sebaiknya memimpin minimal lima tahun. Sebab, jika lebih pendek, pemimpin tersebut belum sempat mewujudkan rencana rencananya. ''Tahun pertama dan kedua, biasanya seorang pemimpin menyiapkan program. Tahun ketiga berancang-ancang melaksanakan program. Tahun keempat dan kelima melaksanakan program tersebut. Selama dia memimpin, jangan diganggu, tapi beri dia waktu,'' kata Mahatir.
Ketika beberapa kali diundang ke Jepang, lanjut Mahatir, ia pernah mempertanyakan alasan penggantian Perdana Menteri setiap dua tahun, sebab dengan hanya dua tahun, sedikit sekali kesempatan untuk mewujudkan programnya.
''Sekarang PM Koizumi sudah lebih lima tahun, dia berhasil membawa kemajuan bagi Jepang. Dia punya waktu,'' katanya.
Pada bagian lain, Mahatir mengatakan bahwa potensi Indonesia untuk maju sangat besar. Indonesia memiliki banyak produk untuk diekspor. ''Hanya saja, produk-produk Indonesia itu diekspor melalui Singapura. Jadi, uang hasil ekspor itu tidak langsung masuk ke Indonesia, melainkan diparkir di Singapura. Bukan capital inflow, melainkan capital outflow. Harus dibuat undang-undang agar uang bisa langsung masuk ke Indonesia,'' ujar Mahatir.
Salah satu hal yang penting untuk membangun suatu bangsa, kata Mahatir, adalah gaji pegawai yang mencukupi. Sebab, kalau tidak mencukupi orang akan gampang tergoda oleh suap.
''Kalau gaji kecil, orang tidak fokus kepada pekerjaan, tapi mencari pekerjaan tambahan dan terima suap sedikit-sedikit untuk mencukupi gajinya yang kecil itu. Di Malaysia, gaji tidak berlebihan, tapi mencukupi. Bukan tidak ada suap atau korupsi, tapi relatif kecil,'' ujarnya.
Untuk membayar gaji tersebut, lanjut Tun Mahatir, diperoleh dari pajak. ''Kami sangat tegas soal pajak, tidak ada tawar-menawar. Kalau suatu usaha untung, maka 28 persen merupakan hak negara (pajak). Di Indonesia, saya dengar, pajak bisa dinegosiasikan,'' tegasnya. (Ant/OL-06)
Sumber : www.media-indonesia.com
Updated : 9 Juni 2006 08:52:52 WIB
Telah dikunjungi : 23 kali |